Bagi saya, menceritakan keberhasilan diri pada publik, merupakan sebuah kecongkakan. Pandangan ini bertahan sangat lama hingga seorang kawan meyakinkan saya sebaliknya – bahwa mencacatkan setiap keberhasilan dan prestasi adalah bagian dari rasa syukur. Bahkan, dokumentasi cerita sukses tersebut adalah benih untuk pencapaian sukses yang lebih besar di kemudian hari. Dari perspekstif ‘orang ketiga’, suguhan dan rangkaian pengalaman tersebut bisa jadi merupakan sumber inspirasi – tergantung motivasi dan cara penyampaian kita atas rentetan pencapaian tersebut.
Hmmm..”berbagi inspirasi” ..di poin ini ide kami bertemu. Ada satu benang merah saran point ketiga ini dengan apa yang menjadi passion pribadi saya selama ini. Ditengah runtuhnya kepercayaan generasi muda – terutama anak-anak – di berbagai bidang; pendidikan sebagai jembatan masa depan, keteladanan dari tokoh masyarakat bahkan agama yang mencerahkan, mereka membutuhkan sumber inpirasi yang membumi, nyata dan tangible. Tanggungjawab (lahirnya inspirasi) itu tidak datang dari dia, mereka ataupun dari negeri dongeng. Sumber inspirasi itu datang dari KITA. Itulah yang orang sebut sebagai “The Power of WE”.
Oleh karenanya, saya tidak ragu lagi menuliskan sekilas tentang (yang menurut saya adalah sebuah) ‘pencapaian’ ini kepada sidang pembaca yang terhormat hanya karena ‘ego’ dalam wujud rasa malu apalagi ketidakpercayadirian, dan meski jauh dari rasa ‘SEMPURNA’. Ijinkan pula saya memohon maaf, jika bagi anda, rentetan peristiwa yang akan saya ceritakan tersebut ‘kacangan’, atau hanya membuat anda berkomentar ‘EGP’, atau bahkan ’emangnya aku harus bilang WOW gitu!’… Namun bagi saya yang terlahir dari keluarga petani miskin di Demulih, sebuah desa di Bangli, yang ‘disekolahkan’ oleh ‘jasa’ sepasang sapi kembar, catatan perjalanan ini menjadi ungkapan rasa terimakasih kepada ‘latar belakang’ dan keluarga saya. Namun jika dokumentasi ini memberikan anda manfaat – sekecil apapun itu – akan menjadi kehormatan dan motivasi tersendiri bagi saya untuk bisa melakukan sesuatu yang lebih berarti di kemudian hari. Barangkali, dengan menyimpan sendiri rangkaian cerita ‘baik’ itu justru merupakan sebuah ke-ego-an. Hmm…silahkan rekan-rekan yang menilai. Awighnamastu!
Saya akan mulai berbagi catatan saya secara kronologis, sedari ‘DIterima di UGM (tahun 1995) hingga hari ini – menjadi mahasiswa PhD di UWA – salah satu dari 100 universitas terbaik di dunia (2013-2017). Saya buat dalam ‘dot point’ yang isinya akan saya link dan update secara berkala. Semoga bermanfaat!
- Diterima di Teknik Mesin UGM melalui jalur Penjaringan Bibit Unggul Daerah (PBUD) – 1995
- Menolak masuk STAN (Sekolah Tinggi Akutansi Negara) – 1995
- Semester Pertama di UGM – IPK tertinggi ke-2 (1995)
- Manjadi Dalang Sendratari Kolosal – Purnabudaya, Yogyakarta (1996)
- Menjadi Ketua KMHD (Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma) UGM (1997-98)
- Intern di Caltex Pacific Indonesia, Riau (1998)
- Memimpin Gerakan Protes AM Samsudin “Tidak Rela Presiden Hindu” (1998)
- Memimpin delegasi Keluarga Hindu Bali Yogyakarta Bertemu dengan DPRD Bali (1998)
- Diterima berkerja di Schlumberger – a multi national company – sebelum lulus kuliah (1999)
- Menjadi penerima beasiswa NUPACE – kuliah di Nagoya University, Japan (1999-2000)
- Penerima Beasiswa – Intership di Ford Motor Company, Hiroshima (2000)
- Presentasi yang menjadi tonggak Pembukaan Kembali Ford di Indonesia (2000)
- Penyanyi Keroncong sebagai Duta Garuda (2000)
- Mendaki Gunung Fujiyama (2000)
- Menjadi Lulusan Terbaik TM UGM (2000)
- Bekerja dengan Basic Salary $5,000+ (2000)
- Kembali ke UGM sebagai asisten dosen (2001)
- Memutuskan untuk ber-wiraswasta (2002)
- Menjadi ‘Superman’; Fotografer, Script-Writer, Editor, Director (Sutradara) (2003-2007)
- Merintis Bali Multimedia Forum dan Menjadi Ketua Asosiasi Rumah Produksi Bali (2003 ~ )
- Menjadi PNS – Dosen Kopertis (2005)
- Menikahi GAK Tri Agustini (2005)
- Dosen “Terbang” di wilayah Terpencil – Pulau Rote, NTT (2005 – 2010)
- Menerima Beasiswa AusAID – Master di Flinders University (2007-2009)
- Moderator The Laskar Pelangi Tour bersama Riri Reza (2008)
- Membeli rumah pertama (2009), kedua (2010), ketiga, keempat (2011) dst..
- Beasiswa PhD di Hokkaido University – Monbukagakusho (2010)
- IELTS 7.5 (2012)
- PhD di UWA (The University of Western Australia) – (2013-2017)
- Menjadi Internasional Reviewer for Medical Devices Journal – Manhattan, New York (2013)
- Mendirikan GLF (2013)
- Mengajar di UWA, Australia (2013)
Leave a Reply