Ada kabar yang kurang sedap tentang saya beberapa waktu lalu; bahwa saya menerima double funding untuk studi S3: BKLN DIkti dan ADS. Terus terang saya tidak begitu tertarik untuk menjelaskan kepada mereka yang tidak berkepentingan. Namun demikian, isu berkembang demikian cepat menjadi opini dan bahkan judgment tanpa menantikan adanya informasi yang berimbang. Pun demikian dengan keengganan saya menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi ternyata ‘merugikan’ saya – paling tidak dari sudut pandang impresi orang lain terhadap pribadi saya. Lewat kilasan kronologi ini, saya ingin memberi informasi berimbang tentang apa yang sebenarnya terjadi – tentu untuk kalangan terbatas yang terlanjur membentuk impresi sebelum korfirmasi ini ada.
Kronologi Aplikasi Beasiswa BPP LN Dikti
- 2010 – 2011: Proses Aplikasi Beasiswa Dikti
Dalam kurun waktu tersebut, saya mengikuti proses aplikasi beasiswa sebagaimana layaknya, yang mencakup:
- Pengajukan beasiswa Dikti pada tahun 2010 untuk studi S3 ke Flinders Univ. Australia.
- Mendapat undangan wawancara di Hotel Grand Hyatt Sanur, Bali
- Mendapat pemberitahuan masuk nominasi (lampiran 2 pada kisaran bulan Januari 2011) – masih memerlukan dokumen pendukung i.e LOA dan IELTS agar bisa ‘naik kelas’ menjadi ‘awardee’.
Dalam korespondensi yang saya lakukan dengan Ibu Istri Hardayati (Subdik Kualifikasi), 19 Juni 2011, secara implisit saya menerima pesan bahwa saya harus mendaftar kembali sebagai peserta tahun berikutnya – dikarenakan dalam waktu yang ditentukan saya tidak mengumpulkan dokumen yang diperlukan.
- Juni 2011 – Januari 2012: Proses aplikasi beasiswa ADS sedang berjalan.
- Februari 2012 : Dinyatakan lolos sebagai penerima beasiswa ADS
- April – Oktober 2012 : English for Acadeic Preparation oleh ADS di IALF Bali
- 7 Nov 2012 – Februari 2013 : Pengajuan Permohonan Tugas Belajar dengan beasiswa ADS ke The Univ. of Western Australia
Sebagai syarat keberangkatan, saya mengajukan permohonan surat ijin belajar ke koordinator Kopertis dan ditembuskan kepada PTS mengabdi (dalam hal ini Universitas Warmadewa). Pada surat tersebut, tertanggal 7 November 2012 tertera bahwa sponsor sekolah berasal dari beasiswa Australia Development Scholarship (ADS).
- Februari 2013 : Pengambilan Surat Tugas Belajar
Pada saat pengambilan surat tugas belajar di Bagian Akademik, bersama rekan dosen penerima ADS lainnya (Sdr. Fredy Agus Maradona), saya menghadap Ibu Anggraeni (Bag Akademik). Pada saat itu, Ibu Anggraeni memberitahu jika beasiswa Dikti saya sudah turun. Masih menurut Ibu Anggraeni, karena saya tidak melengkapi syarat-syarat yang diperlukan, dan info dari dosen lainnya, Sdr. Pringgana (penerima beasiswa Dikti) bahwa saya sudah menerima beasiswa ADS, beasiswa DIKTI yang telah turun atas nama saya TELAH DIKEMBALIKAN KE KAS NEGARA. Mengingat adanya pemberitahuan via email dari Ibu Istri dan informasi lisan dari Ibu Anggraeni, saya tidak mengirimkan surat pengunduran diri dari beasiswa DIKTI.
- 28 Feb 2013 : Berangkat ke Australia.
- 9 April 2013 : I Nyoman Musda (saudara kandung) menerima telpon dari Bapak Ketut Sudarwa yang menanyakan no rekening saya. I Nyoman Musda sudah menjelaskan bahwa saya telah berada di Australia dengan beasiswa Australia Development Scholarship (ADS)
Saya mendapat SMS dari kakak saya (I Nyoman Musda) bahwa dia menerima telpon dari Kopertis dan menanyakan nomor rekening BNI. Tanpa mengetahui perihal apa, saya memberitahukan no rek BNI saya kepada kakak.
- 10 April 2015 : Beasiswa BPP LN ditransfer.
Jumlah yang ditransfer adalah Rp 470.295.160.000,- dan hanya berlangsung 1x transfer
- 11 April 2015 : Email dari Bapak Sudarwa tentang proses pencairan beasiswa
Saya mendapat email dari Bapak Ketut Sudjarwa yang memberitahukan saya bahwa uang yang dikirimkan ke rekening saya adalah beasiswa DIKTI. Bapak Ketut juga menceritakan perjuangan beliau untuk mendapatkan kontak dan nomor rekening saya. Saya balas email tersebut dengan menanyakan mengapa prosesnya demikian rumit.
- 22 April 2013 : Email dari Ses-Pel
Sekretaris Pelaksana via email menanyakan tentang ‘selentingan’ yang beredar bahwa saya menerima beasiswa ADS. Membalas email Sespel (via: subbag_kemahasiswaan@kopertis8.org dan cc: k.darwa@gmail.com) pada hari yang sama dan menyatakan bahwa memang benar saya adalah penerima beasiswa ADS seperti yang tertera pada surat permohonan tugas belajar dan ditegaskan kembali dalam surat pemberitahuan Koordinator Kopertis ke Ditnaga Dikti. Dalam email tersebut, saya juga menanyakan apa yang harus dilakukan dengan beasiswa DIKTI yang sudah terlanjur ditransfer ke rekening saya.
- 10 Juni 2015
Karena belum ada respon hingga 2 bulan, saya mengirimkan email kembali untuk meminta petunjuk teknis pengembalian beasiswa Dikti (apakah via Dikti ataukan Kopertis). Hingga hari ini saya belum menerima balasan apapun.
- 28 Februari 2015 : Surat dari Kopertis/Unwar tentang pengembalian beasiswa
Saya diberitahu oleh kakak tentang adanya surat dari Warmadewa tentang pengembalian beasiswa sejumlah 1.075.xxx.xxx (periode beasiswa 2011 – 2014). Sedangkan jumlah yang saya terima adalah Rp 470.295.160.000,- (hanya 1 kali saja).
- 16 – 19 Maret 2015: Bertemu Ketua Yayasan Korpri Bali, Rektor Universitas Warmadewa dan Koordinator Kopertis untuk menjelaskan kronologi peristiwa dan disertai bukti korespondesi email.
Melalui kronologi diatas, saya ingin menyampaikan bahwa, proses pencairan beasiswa Dikti sangat ‘tidak umum’ dalam banyak hal:
- saya tidak merasa lolos sebagai penerima beasiswa
- saya tidak pernah menandatangani perjanjian beasiswa tersebut
- saya tidak mengetahui adanya pencairan beasiswa pra-transfer
- setelah dana masuk ke rekening, saya berupaya mendapatkan informasi yang cukup tentang proses pencairan dan juga dengan teknis pengembaliannya.
- Tidak adanya respon yang cepat dan akurat dari pihak terkait sehingga prosesnya menjadi berlarut-larut hingga adanya kepastian melalui surat dari Dikti.
Demikian penjelasan singkat dari saya tentang adanya kesimpangsiuran tersebut. Jika ada pihak memerlukan data dan bukti pendukung, dengan senang hati akan saya kirimkan. Terimakasih
Leave a Reply